April 26, 2024

Nasib Insan Pers Ditengah Peliputan Wabah Covid 19

0

TariuNews.com, Ngabang -Pusat telah mengucurkan  dana  Rp.400-an Triliun lebih yang diperuntukkan bagi penanganan dampak  wabah pendemi  virus Covid-19 ini, diantaranya adalah jaring pengaman sosial  untuk menopang masyarakat yang berkekurangan agar tetap mampu memenuhi kebutuhan pokok serta mempertahankan daya belinya.  Keringanan  pembayaran kredit bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah  agar  roda perekonomian tetap bisa berjalan tanpa adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).

Tak hanya Pemerintah pusat, Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota pun telah juga mempersiapkan dan mengalokasikan anggaran untuk penanganan virus Corona itu, bahkan Pemerintah desa pun telah pula diinstruksikan untuk mengalokasikan dana ADD untuk kepentingan penanganan wabah pedemi covid-19 yang menglobal itu.  Serta telah menghabiskan energi seluruh negara memerangi virus yang kasat mata itu, Dan perekonomian dipastikan stagnan, bahkan diprediksikan semakin memburuk.

Masyarakat lapisan bawahlah yang paling rentan dan terdampak sangat cepat atas wabah ini, roda kehidupan yang ditopang sebagai pekerja informal disegala bidang sangatlah riskan, baik terhadap penularan langsung virus ini, maupun tergerusnya usaha yang mereka geluti. Sebutlah tukang ojek,  PKL, mereka bisa cepat tertular karena tidak menjaga jarak dengan penumpang manakala beroperasi. Disaat ada himbauan pemerintah seperti saat ini, maka otomatis income mereka menurun drastis, karena dipastikan konsumen berkurang. Untungnya ada sejumlah program jaring pengaman sosial untuk menangani masyarakat pekerja sector informal ini.

Lantas, bagaimana dengan penggiat pers;  Perusahaan media serta para wartawan…………………….. ?!!  Dari ratusan triliunan kucuran untuk dampak Covid-19 itu, tak sepatah kalimatpun yang  menyinggung program untuk bantuan pers, baik terhadap perusahaan media maupun awak medianya. Setali tiga uang dengan pusat, Pemerintah daerahpun tak juga mengubris para pekerja Pers ini. Bahkan, disuatu pemda-SKPD terkait tak bisa memberi masker kepada para wartawan, di saat jumpa pers berlangsung.  Alasannya kesulitan atau kelangkaan masker. Sementara dana tersedia barang susah dibeli ketiadaan stok. Komentar lucu, karena diucapkan setengah bergurau dari rekan awak media muncul  spontan

 “ Ngapa ndak kasi duitnya jak, pandai beli dan cari sendiri” ujarnya setengah bercanda.

Miris memang  nasib penggiat pers, khususnya pers di daerah. Tak semua perusahaan media itu kuat keuangannya, dimasa-masa normal saja  rada sulit memperoleh income ditengah menjamurnya medsos.  Apalagi disaat wabah pendemi Corona saat ini, otomatis penghasilan dari iklan semakin  menurun. Sementara liputan terus berlangsung di tengah-tengah ancaman virus Corona yang semakin menyebar dan jelas kapan berakhirnya.

Terkait dengan resiko , para wartawan tentunya sangatlah beresiko karena harus bertemu dengan berbagai insan dan  berbagai kalangan, dari  pejabat hingga masyarakat kalangan bawah. Dari konfrensi pers dengan gugus tugas Covid-19 hingga mewancarai berbagai sumber yang mungkin ODP terpapar tak terdata.  Intinya di tengah wabah Covid-19  saat ini, para wartawan  termasuk golongan yang sangat rentan dan beresiko tinggi, sementara peliputan Corona adalah tugas yang telah dimanatkan oleh UU Pers   guna memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat terkait virus covid-19.

Sederhananya dari tulisan ini,  adalah adanya perhatian dari Pemerintah Daerah khususnya terhadap para insan pers yang bertugas meliput. Baik perhatian dalam hal keselamatan pada saat meliput seperti adanya dukungan masker, maupun dukungan material  guna mendukung performa dilapangan disaat bertugas. Para wartawan itu sadar betul akan bahaya yang mengincar, tetapi naluri dan moralitas untuk memberikan informasi yang aktual untuk diketahui publik terkadang mengalahkan keselamatan sendiri. Seperti kata pribahasa Latin,  “Verba volent scripta manent  -Yang dikatakan akan lenyap, yang tertulis akan abadi”
*Penulis adalah Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO)  Kabupaten Landak

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: