Juni 25, 2025

Survey WVI, 33% Siswa Kelas 3 SD di Landak Belum Bisa Membaca

0

TariuNews.com, Landak- Selama Pandemi, hampir semua sektor terdampak oleh Covid-19 yang hampir 2 tahun ini melanda masyarakat dunia dan Indonesia pada khususnya. Banyak sektor-sektor usaha yang menurun drastis omzet dan penghasilannya, bahkan banyak usaha tutup serta pekerja kehilangan mata pencaharian. Selain sektor ekonomi, hal ini berdampak pula bagi Dunia Pendidikan di Indonesia, Kabupaten Landak salah satunya. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan oleh TIM Program Organisasi Penggerak ( POP ) Wahana Visi Indonesia, didapatkan hasil bahwa 33% siswa sekolah dasar kelas 3 di Kabupaten Landak belum bisa membaca.

Survey yang dilakukan pada tanggal 14 – 29 Oktober Tahun 2021 melibatkan 28 Sekolah yang ada di Kecamatan Ngabang dan Jelimpo dengan total responden sebanyak 427 siswa. Adapun instrumen yang dilakukan oleh TIM Survey menggunakan metode STAR dimana bertujuan untuk mengukur kemajuan anak dalam membaca.

Marthen Sambo, TIM Leader WVI dalam proses survey tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari survey ini diantaranya mendiagnosis kekuatan dan kelemahan membaca pada anak-anak, mengidentifikasi anak mana yang paling butuh bantuan, memperkirakan dampak program wahana visi indonesia, dan mengidentifikasi kelemahan program / implementasi WVI.

Hasil survey tersebut diperoleh sebanyak hanya 26% siswa dapat membaca dengan pemahaman, 41% bisa membaca, dan 33% belum bisa membaca.

Persentase kemampuan membaca siswa dengan pemahaman tergolong masih rendah (26%)

Dari 33% belum bisa membaca, 15% Siswa belum mengenal huruf, 76% siswa tidak bisa membaca 1 kata pun, dan 9% siswa baru bisa mengeja.

Siswa yang belum bisa membaca masih mencapai 33% juga tergolong tinggi dan membutuhkan tindak lanjut lebih jauh, baik di level sekolah bahkan level kelas .

Desi Indramiati, Kepala Sekolah SDN 61 Temiang Sawi Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak merasa ‘tertampar’ dengan hasil survey tersebut, Sekolah Ibu Desi merupakan salah satu sasaran yang menjadi sampel survey tersebut. Ia menjelaskan bahwa tuntutan kurikulum tidak seperti kelas 1 zaman dulu. Disini ada yang TK dan ada yang tidak, murid yang tidak TK otomatis belum bisa membaca, guru kelas harus ekstra. Kami sudah berusaha, apalagi kendala corona, anak – anak diwajibkan naik kelas, yang tidak bisa membaca juga dinaikan, di awal – awal corona itu adalah orang tua murid yang paling banyak berperan, karena guru tidak boleh ketemu siswa, sering kali apa yang disampaikan tidak sesuai. Belajar daring banyak keterbatasan, apalagi disini penghasilan orang tua menengah ke bawah, paparnya.

Desi menambahkan, dengan adanya kegiatan WVI, anak -anak menjadi bersemangat.

Staff Ahli Bupati Landak Bidang Kemasyrakatan dan Sumber Daya Manusia, Ocin, S.Pd menimpali keluhan dari Kepala Sekolah SDN 61 Temiang Sawi. “Kita tidak menyalahkan salah satu, tapi ini kerja sama bersama, kebijakan ada di kurikulum. Kebijakan naik kelas, itu rata-rata dan menjadi tugas bersama, jangan menyerah, Karena di sekolah hanya 3 jam, selebihnya di rumah, maka pendekatan orang tua yang menjadi utama. Jika orang tua kurang, bisa dengan kaka atau abang. Komunikasi dengan orang tua perlu ditingkatkan. Keberhasilan sekolah bukan hanya dari sekolah dan guru, tapi dari keluarga di rumah, dari abang dan kaka -kaka, tokoh agama, dan lainnya”, papar Ocin.

Hery Mulyadi, SH, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Landak turut mengapresiasi Program Organisasi Penggerak yang dilakukan oleh WVI. “Telah di paparkan hasil survey lapangan WVI hanya 26% siswa kelas 3 dapat membaca dengan baik, kami tidak menyalahkan guru, namun kita upayakan seoptimal mungkin hal ini tidak terjadi lagi, maka untuk merubahnya kita perlu strategi, dan kerja sama, guru dan tenaga pendidik harus lebih semangat dulu”, ungkap Hery.

Penulis : Dodi

Editor : Dodi

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: